Copyright The Wiranegara 2017. Powered by Blogger.
Instagram

The Wiranegara

Assalamuallaikum,
Ini ada copy artikel wawancara mengenai riset PhD saya dari PhDmamaindonesia. Content aslinya bs di cek di link ini. 
Halo Mbak Ratri, bolehkah cerita sedikit seperti apa proses awal hijrah ke Inggris untuk studi PhD? 
Hai Mbak Kanti. Saya memutuskan untuk menempuh pendidikan doktoral, selain untuk memperdalam ilmu mengenai Women’s Cancer, juga karena saya adalah staf pengajar di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada. Awalnya saya berencana untuk PhD langsung setelah lulus Master of Science dari University College London, tapi tidak terlaksana.
Tantangannya saat itu adalah mencari supervisor yang pas dan mendapatkan beasiswa. Saya mengirimkan aplikasi untuk menjadi PhD student ke belasan PI (principal investigator) yang mempunyai riset dalam bidang Ovarian Cancer di Inggris. Ada 9 PI yang membalas, dan setelah melalui proses yang cukup panjang hanya 2 PI yang menerima saya.
Setelah mendapatkan calon supervisor, saya mendaftar beasiswa. Saat itu hanya 2 beasiswa yang saya apply, LPDP dan Merit Scholarship Programme for Ph.D dari Islamic Development Bank (IDB). Saya membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk proses ini, sampai akhirnya saya diterima di Imperial College London dan berangkat dengan beasiswa LPDP.
Tidak disangka-sangka, setelah memulai PhD selama 3 bulan, saya mendapatkan email kalau lolos beasiswa IDB. Tawaran tersebut saya tolak, karena saya sudah terikat kontrak dengan LPDP. Semoga nanti saat akan PostDoc saya bisa mendapatkan funding dari IDB lagi.
Bagaimana dengan keluarga?
Alhamdulilllah keluarga sangat mendukung rencana saya untuk melanjutkan PhD, baik suami, mertua maupun orangtua saya.
Sejauh yang sudah dijalani, bagaimana Mbak mengelola tanggungjawab studi dan sebagai ibu/istri? 
Menjadi PhD mom tidak dipungkiri lebih membutuhkan usaha ekstra, dibandingkan menempuh pendidikan saat masih single. Tapi saya tidak menyesal, saya membuat keputusan untuk PhD dan mempunyai anak di saat yang sama tanpa paksaan dari siapapun.
Segala tantangan selama prosesnya saya anggap pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tiga bulan setelah saya mulai PhD, saya positif hamil. Awalnya agak sungkan memberi tahu supervisor saya mengenai hal ini, tapi ternyata supervisor saya juga hamil!
Kami melahirkan hanya terpaut 4 hari. Tahun pertama alhamdulillah berjalan dengan lancar, saya first year viva saat hamil 9 bulan, setelah itu saya langsung cuti melahirkan.
Masa-masa yang paling menantang adalah masa kembali lagi ke kampus setelah 3 bulan cuti. PhD saya adalah lab based project, dimana mayoritas waktu penelitian dihabiskan di laboratorium.
Rasanya berat sekali meninggalkan anak, apalagi saat itu anak sempat bingung puting. Saya berusaha untuk kuat dan ikhlas, sampai pada akhirnya anak mau menyusu lagi dengan damai setelah 3 bulan menyusu dengan penuh drama.
Masa-masa selanjutnya saya harus pintar-pintar membagi waktu dan ritme di lab karena saya harus pumping ASI. Biasanya saya pumping saat menunggu inkubasi eksperimen.
Sempat ada masa-masanya saya harus berlari-lari antara nursing room dan lab, pernah juga pumping di kamar mandi karena tidak punya cukup waktu untuk pumping di nursing room.
Manajemen lab melarang saya untuk pumping di office lab, jadi harus rela pindah gedung atau pulang ke rumah untuk pumping.
Bersama rekan-rekan di Laboratorium
Bagaimana Mbak membagi tugas di rumah bersama suami?
Alhamdulilllah suami adalah partner yang enak di ajak bekerjasama untuk urusan rumah tangga dan mengurus anak. Kami saling bahu membahu untuk bersih-bersih rumah, masak, cuci baju, dll.
Suamilah yang mengasuh anak kami saat saya ke kampus, sampai pada akhirnya kami bisa menitipkan anak kami di Nursery (tempat penitipan anak) di kampus (saat dia berusia 6 bulan). Biasanya saya masak pagi-pagi sekali setelah subuh, sehingga saat anak bangun langsung bisa bersiap ke kampus/nursery.
Sepulang dari beraktifitas adalah family time, kami saling bercerita, bermain dan membaca buku untuk si kecil sebelum dia beranjak tidur. Kalau untuk jadwal bersih-bersih rumah kami kerjakan saat akhir pekan.
Kami bergantian mengantar jemput anak ke nursery. Kebetulan jadwal bekerja suami lebih fleksibel dari pada jadwal saya, jadi masih ada ruang untuk mengatur jadwal bersama dan bernegosiasi.
Alhamdulilllah kampus saya hanya di seberang rumah, jadi kalau harus lembur dan harus jemput anak juga, saya akan menunggu suami pulang dan kemudian kembali ke kampus sampai pekerjaan selesai.                                                                   
Bisa ceritakan tentang studi Mbak dan pengalaman baru belajar coding sebagai bagian dari penelitian? Apa kesulitan yang Mbak rasakan?
Saya tidak pernah berpikir bahwa saya harus melakukan coding sebagai bagian dari PhD saya. Background saya adalah dokter, saya tidak tahu cara menulis skrip sama sekali. Tahun ketiga PhD saya mayoritas adalah mengenai Bioinformatics.
Untuk itu, saya mendaftar ikut short course mengenai Cancer Informatics di awal tahun kedua PhD saya. Awalnya cukup kewalahan, saya perlu waktu yang cukup lama untuk menganalisis data yang simple karena harus googling kanan kiri dulu.
Setelah setahun belajar cara membuat kode, saya semakin lancar bermain coding, walaupun belum pada tahap ahli, masih suka macet kalau analisis dengan metode yang baru. Alhamdulillah, di awal tahun ketiga PhD saya berkesempatan untuk mengikuti training lanjutan mengenai bioinformatika di Cambridge, sehingga bisa menunjang analisis thesis saya.
Sebenarnya di lab saya ada bioinformatician yang bisa diajak berkonsultasi mengenai analis data, tapi beliau sibuk sekali. Kesulitan itulah yang saya rasakan sampai sekarang.
Bersama peserta course “Introduction to multiomics data integration” di EMBL-EBI, Hixton, Cambridge
Sekarang kita beralih ke kehidupan luar kampus, apa saja tantangan maupun kemudahan hidup sebagai Muslim(ah) di Inggris? Apa perbedaannya jika dibandingkan pengalaman di Indonesia?
Alhamdulillah di UK banyak muslim jika dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Orang UK pun ramah terhadap muslim. Di London banyak komunitas muslim, banyak yang berhijab, mudah menemui makanan dan daging halal.
Kami tinggal di daerah muslim, ada beberapa masjid di sekitar kami. Di rumah sakit tempat saya berkerja pun ada Musholanya, biasanya suami sholat berjamaah disitu, karena dekat sekali dengan rumah. Perbedaannya, disini tidak ada adzan, kalau Ramadhan pun sepi-sepi saja, tidak seramai di Indonesia.
Tantangannya adalah lebih ke menjaga fitrah anak sebagai muslim. Nursery putri kami adalah nursery public (sekolah umum/pemerintah), jadi disana juga ada perayaan natal, paskah, dan lain lain.
Kami perlu memberi pengertian mengapa di rumah kami tidak merayakan hal yang serupa. Kami berupaya menanamkan iman dan Islam dengan cara yang menyenangkan, sehingga dia bahagia menjadi seorang muslimah.
Si kecil beraktifitas di London Transport Museum
Bagaimana Mbak mengupayakan agar si kecil tetap tumbuh sehat dan ceria selama merantau di Inggris menemani ibunya studi?  Siapa yang menemani si kecil saat Mbak harus ke kampus?
Selama saya di kampus, anak kami berada di nursery. Suami bekerja 3 hari di luar kota London dan 2 hari bekerja di London. Jadi biasanya saat suami beraktivitas di Luar kota, saya yg bertugas mengantar jemput anak di nursery. Di dua hari yang lain saat saya bebas tugas antar jemput anak, biasanya saya akan lembur atau berangkat pagi-pagi sekali ke kampus.
Cara saya catch-up dengan anak adalah dengan menyapanya dengan riang saat pagi hari dan saat menjemput di nursery, main bersama anak selagi bisa, membuat perjalanan pulang pergi ke nursery menyenangkan misalnya dengan menyanyi bersama, melewati taman, bertanya aktifitas anak di nursery.
Setiap malam sebelum tidur juga menjadi sesi sharing saya bersama putri tercinta, apakah dia bahagia hari ini, apakah dia menangis di nursery, dll. Saya berusaha masak sendiri di rumah, memastikan anak makan makanan yang bergizi dan sehat. Kami juga berusaha olahraga bersama seminggu sekali, biasanya berenang atau jalan-jalan di taman.
Boleh cerita sedikit ttg riset PhDnya dan apa harapan Mbak terkait riset tersebut?
PhD saya adalah mengenai keberagaman profil molekular kanker ovarium. Kanker ovarium adalah kanker yang sangat mematikan dengan harapan hidup yang rendah karena tidak ada metode deteksi dini yang efektif dan adanya resistensi kanker terhadap kemoterapi.
Kami berharap bisa mengetahui lebih dalam bagaimana keberagaman profil tersebut berhubungan dengan timbulnya resistensi kanker terhadap kemoterapi. Sehingga bisa meningkatkan manajemen atau strategi pengobatan kanker ovarium.
Eksperimen di laboratorium
Adakah hal lain yang mungkin Mbak ingin share kepada pembaca phdmamaindonesia?
Untuk teman-teman yang akan PhD dan sudah berkeluarga, carilah supervisor yang oke secara akademik dan yang family-friendly, apalagi jika ada rencana mempunyai anak saat PhD. 
PhD adalah studi yang panjang, butuh support system yang kuat, dari keluarga inti-maupun dari extended family.
Niatkan segala sesuatu untuk ibadah, agar kaki ringan melangkah dan amalan bertambah. Selamat berjuang dan nikmati prosesnya ðŸ™‚
Si kecil sedang menemani perjalanan ke laboratorium
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Credit: Katie Collins / Alamy Stock Photo
Two year has passed beautifully.  Si anak kicik yang perasaan baru lahir kemarin malem, sekarang ceriwis bukan main.

Kali ini saya pengen sharing seputar apa saja check up kesehatan dari newborn sampai 27 bulan ini. Tulisan ini sedikit nyambung sama post partum story di link ini. Summary tentang health check up dalam bahasa inggris bisa dilihat di referensi Development Checks. 

Jadi, setelah bayi lahir, dalam 1-2 jam midwive akan menge-check bonding time bayi dan ibu, terutama perlekatan menyusui. Setelah itu akan di check suhu tubuh, berat badan, dan di cek tampilan fisiknya. Enam jam berikutnya, akan di cek apakah bayi sudah mengeluarkan mekonium, sudah pipis, di cek lagi apakah ada menyusuinya oke atau tidak. Kalau semua oke, baik ibu dan bayinya, sudah boleh pulang dari rumah sakit. Tapi karena dulu Nina lahirnya kecil, dia jadi harus di observasi kadar gula darahnya selama 48 jam (dulu pemeriksaannya setiap 2 jam 3x, terus setiap 4 jam, terus di hari kedua setiap 6 jam). Dalam 24 jam akan di cek lagi, apakah bayi sudah pipis dan BAB belum, apakah sudah established feeding patternnya. Nah, sebelum pulang ke rumah, dalam 72 jam bayi akan di check secara komprehensif oleh dokter spesalis anak. Pemeriksaan ini fokus ke pemeriksaan fisik (penjelasan detail ada disini), dulu nia juga sekalian newborn hearing screening di hospital.

Source : Health matters: giving every child the best start in life

Sehari setelah pulang ke rumah, akan ada midwive yang berkunjung, mengecek berat badan bayi, suhu, kuning apa nggak, any problem dalam menyusui, apakah bayi responsif, dll. Disini ibu juga di check kesehatan dan kondisi mentalnya, bagaimana ibu coping dengan motherhood, enjoy apa nggak, need further support apa nggak. Disini, kesehatan mental ibu sangat diperhatikan, demi bisa mendeteksi baby blues dan kalau memang ada, bisa ditangani lebih cepat. Soalnya, rata2 ibu disini (apalagi pendatang kayak kami), ngurus bayinya cuma berdua sama suami, so sangat diusahakan biar ibu sehat jasmani dan rohani. Kunjungan midwive ini sangat membantu buat ibu baru macam saya yang masih berjuang menyusui kala itu. Perlekatan saya belum baik, jadi menyusui masih sakit, masih lecet. Midwive benar2 mengobservasi cara saya menyusui dan menyarankan posisi2 yang ideal. Kita juga dikasih feeding chart, termasuk pemantauan BAB dan BAK bayi, untuk mengantisipasi dehidrasi pada bayi baru lahir.

Di hari ke-5,  midwive akan datang lagi ke rumah dan melakukan pengecekan yang sama, plus did check apakah tali pusat bayi sudah lepas atau belum. Ibu juga di evaluasi lagi, termasuk masalah jahitan. Kalau nggak salah, dulu saya ketauan ada problem di jahitan persalinan juga pas hari ke-5 ini. Saya kemudian dirujuk ke GP untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di hari yang sama juga akan dilakukan Newborn blood spot test untuk pemeriksaan beberapa penyakit seperti : PKU, hypothyroidism, sickle cell, cystic fibrosis, MCADD. Untuk keterangan lengkap mengenai test ini bisa dilihat di link NHS ini.

Nah, hari ke-10 adalah hari terkahir kunjungan midwive ke rumah kalau ibu dan bayi dalam kondisi yang baik. Disini bayi akan ditimbang lagi, kalau berat badannya sudah lebih dari berat badan lahir, akan di discharge dari pengawasn midwive, dan check up kesehatan selanjutnya akan dilakukan oleh health visitor. Health visitor ini bisa nurse atau midwive, yang sudah di training khusus untuk memonitor kesehatan ibu dan anak. Finally, di kunjungan midwive kali ini problem menyusui saya teratasi, menyusui udah nggak sakit lagi karena udah menemukan posisi yang pas.

Source : Health matters: giving every child the best start in life






Health visitor (HV) akan datang ke rumah di hari ke 10-28. Kalau dari pengalaman kami, dulu HV datang 2x, di hari ke 12 dan ke 28. Di hari ke 10, kita akan dikasih “Personalised Child Health Record (PCHR) atau red book”. Buku ini berisi panduan screening, imuninasi, girowth chart, dll yang harus selalu dibawa saat kunjungan ke GP atau baby clinic (posyandunya UK). Kalau mau lihat isinya, silahkan intip disini ya. Di kunjungan ini, HV juga akan ngasih kontaknya, ngasih tau dimana baby clinic terdekat beserta opening timesnya. Check up oleh HV ssama kayak chek upnya midwive sebelumnya, bayi akan ditimbang, diperiksa fisiknya, di check BAB dan BAKnya. Biasanya di satu area ada 2 pilihan baby clinic, dengan jadwal operasi yang berbeda, jadi bisa disesuaikan dengan jadwal ibu. Oiya, saya juga dikasih tau oleh HV kalau breastfeed baby disarankan ambil vitamin drop dari baby clinic/health centre terdekat. Vitaminnya gratis, isinya vit A, C, D, diberikan 5 tetes sehari sampai anak umur 5 tahun.

Setelah kunjungan terakhir HV, diharapkan setiap bulan sampai bayi berumur 1 tahun, ibu dateng ke baby clinic untuk menimbang bayi plus konsultasi sama health provider disana tentang tumbuh kembang bayinya. Di baby clinic juga ada informasi tentang kursus baby massage, gratis, tapi harus booking dulu (sebaiknya booking jauh2 hari karena cepet banget penuhnya. Kalau perlu di akhir kehamilan udah cari info tentang baby clinic/health centre setempat yang provide baby massage course). Nah, kunjungan selanjutnya adalah 6-8 week check up ke GP. Pemeriksaan fisik oleh GP lebih komprehensive dari pemeriksaan HV di baby clinic. Disini ada pengecekan hips, genitalia, heart, eyes, hearing, locomotion (tone, head control), parental concern (feeding, sleep), weight, lenght. Disini pertama kali Nina di diagnosis eczema, yang masih ada sampai sekarang. Tapi sekarang alhamdulillah kondisinya udah jauuuh lebih baik.

Pas kunjungan di baby clinic, deket2 masa MPASI, akan di guide juga sama HV, dikasih tau apa yang harus disiapkan sebelum mulai MPASI, plus jadwal kursus baby food yang diselenggarakan oleh health clinic setempat, free of charge.  Kursusnya oke banget, ada gambaran gimana bikin meal plan, gimana memperkenalkan kombinasi makanan ke bayi, step2 upgrading solid food, dll.

Contoh health review notenya Nina

Setelah itu, jadwal check penting lain adalah 9 months - 1 year review. Kali ini HV yang akan ke rumah lagi. Sebelum kunjungan HV, kita dikasih kuisioner tentang perkembangan sensorik dan motorik anak kita, contoh kuisionernya bisa dilihat di link ini. Kalau ada yang nggak sesuai milestone atau ada masalah kesehatan, kita akan di refer ke GP, community peaditrician, atau hospital. Setelah anak umur 1 tahun, kunjungan anak ke baby clinic cukup 2-3 bulan sekali. Oiya, setelah tumbuh gigi, diharapkan ibu juga menaftarkan bayi di klinik dokter gigi setempat untuk pengecekan gigi setiap 6 bulan sekali.

Source: gov.uk


Nah, kunjungan selanjutnya adalah 24-28 months review. Nanti ibu akan di telp oleh health clinic setempat untuk bikin appointment. Setelah itu, akan dikirim kuisioner tentang perkembangan bahasa, sensorik, motorik anak. Contoh kuisionernya ada di sini dan di sini. Nah, kalau soal imunisasi, jadwalnya bisa dilihat di link ini. Untuk imunisasi, kita bikin appointment sendiri ke GP sesuai jadwal pemerintah. Untuk anak yang akan tinggal di Indonesia, sangat perlu catch up hepatitisB disini, karena imunisasi hepB disini nggak termasuk program pemerintah UK, jadi perlu bayar sendiri ke GP (sekali imunisasi 45 GBP, perlu 3x suntik).
Update: kata temen saya, mulai Agustus 2017, imunisasi 8, 12, dan 16 weeks pakai infanrix hexa, sudah ada hepB nya, jadi nggak perlu arrange sendiri dan lebih hemat tentunya.

Okay, segitu dulu sharingnya. Semoga bermanfaat..!!

Wassalam,

Ratri
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
My Superman and Supergirl
Tanggal 11-15 November kemarin, untuk pertama kalinya saya travelling sendirian, ninggalin Nina more than 24 hours. Rasanya gado-gado, antara excited, juga khawatir. Saya pergi untuk Conference di Heidelberg, alhamdulillah abstrak saya diterima untuk poster presentation di "From Single- to Multiomics: Applications and Challenges in Data Integration" Symposium. Awalnya mau pergi bareng2 sekeluarga sekalian Eurotrip, tapi nggak jadi karena beberapa pertimbangan. Pertama, karena suami baru mulai ngerjain proyek di Cranfield, nggak etis rasanya kalau baru masuk sebulan terus ijin liburan. Kedua, Alhamdulillah juga saya dapat travel grant dari kampus, rasanya nggak enak kalau ijin liburan habis Conference. Ketiga, kata suami, saya butuh "me time" sekali-kali, buat refresing. 

Heidelberg yang Autumn-nya super cantik

After presentation pose 😅

Saya berangkat dan pulang H-1 dan H+1 dari tanggal conference, biar nggak keburu-buru gitu. Awalnya saya pengen berangkat mepet2 konference, tapi kata suami nggak perlu, enjoy your time, do not be in a rush. Tapi jatuhnya agak nyesel krn kangen sama anak dan suami #baladaemak2. 

Alhamdulillah trip saya berjalan dengan lancar. Saya sampai di Frankfurt Airport dijemput sama  mbak Kio temen sesama dosen UGM yang lagi PhD di Heidelberg (HD), terus sama2 ke HD naik shuttle bus. Di jalan ngobrol banyak, maklum udah setaun lebih nggak ketemu, habis itu di orientasiin sama mb Kio tentang public transport di HD. Kita sempet jalan2 bentar juga di centrum, plus ngopi2 cantik disana (ini ngopi saya pertama kali sama temen doang, akhirnya kesampaian, seneeeng banget! #bahagiaitusederhana)

Jalan-jalan ke Centrum  (background HD Castle) yang cuma bentar karena udah keburu malem

Walaupun nggak punya banyak waktu buat jalan2 karena saya nggak kuat sama dinginnya Heidelberg plus disana ujan melulu, saya sangat bersyukur punya me-time buat refresh pikiran. Jadi sempet ngeblog, sempet liat youtube influencer2, tadarus dapat banyak, dapat ilmu banyak juga pas Conference. Alhamdulillah banget saya dapet laporan yang baik-baik dari suami soal Nina. Two thumbs up  buat mas suami yang ngurus si kecil, mostly sendirian. Untung ada adik ipar di London, jadi bisa bantu jemput atau nganter Nina ke nursery pas suami harus ke Cranfield. Suami juga masak sendiri lho, hebat lah pokoknya. Awalnya saya sempet nawarin mau dimasakin dulu nggak sebelum saya berangkat, at least saya stock-in frozen food, tapi suami nggak mau, katanya mau coba jadi Superman 😂 

 Nina and Ayah playing in the Park

Alhamdulillah Nina nggak rewel waktu saya tinggal, nurut sama Ayah and auntinya, ceria juga pas video call. Satu-satunya momen yang menyayat hati tu pas Nina konsipasi dan nangis-nangis manggil Bundanya, duuuh, rasanya pengen pake pintu kemana saja dan langsung meluk Nina saat itu juga! Tapi ada momen lain juga yang bikin haru bahagia, saat tiba waktunya buat pulang. Saya sempet nulis post card buat Nina di Frankfurt Airport, dan pas nulis itu saya sempet nangis, saking kangennya sama Nina. Rasanya luar biasa waktu Nina berlari ke arah saya dan meluk super erat, sesampainya saya di rumah. 

Apakah saya ketagihan travelling sendirian lagi? Enggak juga, 1 or 2 hari sih oke, kalau kelamaan sepi juga euy, nggak ada yang di unyel-unyel sebelum dan bangun tidur. Pengennya si honeymoon sama suami, semoga kesampaian dalam waktu dekat ya #kodekeras


Cheers,

Ratri

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About us

About Us

Halo! Perkenalkan, kami (Radit & Ratri) adalah salah satu pasangan WNI yang sekarang sedang merantau di Inggris.

Popular Posts

  • PhD Mama Ratri: Tentang pumping ASI, riset kanker dan keluarga sebagai support-system
  • Review Jerome House - Zebra Housing London

Blog Archive

  • ▼  2018 (3)
    • ▼  August (1)
      • PhD Mama Ratri: Tentang pumping ASI, riset kanker ...
    • ►  January (2)
      • Seputar check up kesehatan anak di UK
      • The return of Superman : when mommy is away
  • ►  2017 (9)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
  • ►  2016 (2)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2015 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  August (4)
    • ►  May (1)
  • ►  2014 (16)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (23)
    • ►  December (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)

Total Pageviews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Created with by ThemeXpose